Artikel

Meningkatkan Kwalitas Pariwisata di Tarakan dan Indonesia


“…Penyelenggaraan Bimtek (Bimbingan Teknis) Pengemasan Produk Wisata dan Warisan Budaya di Kota Tarakan – Kalimantan Utara pada 20-21 Februari 2019…” Photo By : Red.NRMnews

NRMnews –Tarakan, Industri Pariwisata di dunia sangatlah besar persaingannya dalam merebut perhatian dan hati wisatawan-wisatawan untuk tertarik dan mau berkunjung ke tujuan-tujuan wisata di suatu wilayah atau negara tertentu.

Dan bagaimana mereka mau meluangkan waktunya untuk menghabiskan waktu di daerah tujuan wisata serta mau merogoh koceknya di tempat-tempat tersebut yang akan dapat meningkatkan pariwisata dan perokonomian di daerah tersebut.

Hal ini tentu bukanlah hal yang mudah. Karena tiap-tiap daerah atau negara memiliki potensi-potensi wisata yang luar biasa. Karena itu dalam menghadapi persaingan pasar dan industri pariwisata maka Kemenpar RI melalui Bimtek Pengemasan Produk Wisata Sejarah dan Warisan Budaya berharap dan berupaya untuk bagaimana suatu daerah dapat mengemas potensi alamnya, sejarahnya dan produk budayanya menjadi Produk Wisata.

Hal ini yang disampaikan oleh Tim Percepatan Pengembangan Tradisi dan Budaya Kemenpar RI dengan narasumber Punto Wijayanto dan Rode Ayu W. Dalam Bimtek di Kota Tarakan 20-21 Februari 2019.

Ada paradigma yang harus dirubah oleh para pelaku wisata dimana bila selama ini atau sebelumnya pariwisata itu hanya kesenangan, jalan-jalan dan berfoto saja lalu pulang. Sekarang ini paradigma itu sudah mulai berkembang pada memperkaya jati diri, spiritualitas, dan sebagainya. Di mana pengalaman interaksi yang sungguh-sungguh dengan objek-objek budaya lebih utama dalam proses pariwisata.

Urusan pariwisata tidak bisa lepas dari UU Cagar Budaya dan UU Kemajuan Kebudayaan. Ini ibarat hulu dan hilir. Perbedaan UU th ’92 dengan UU th 2010 adalah dulu budaya itu dikuasai seperti misalnya dulu orang datang ke Borobudur dapat naik sampai ke puncak Stupa hanya untuk foto-foto saja. Untuk sekarang yang akan kita tunjukan adalah interaksinya. Di mana saat pulang dari Candi Borobudur seseorang akan memperoleh pengalaman baru soal spiritualitas, kebudayaan lokal, dan lain sebagainya. Dan tidak ada pemisahan antara produk wisata benda dan tak benda.

Jadi sekarang kita mendorong pada wisata yang berkwalitas. Selama ini tata kelola pariwisata di Indonesia hanya bertujuan pada kwantitas atau jumlah pengunjung saja. Sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal. Di mana wisatawan tidak membawa pulang suatu pengetahuan baru dan pengalaman baru.

Karena itu sekarang ini di dunia muncul adanya Wisata Biara, Wisata Spiritual dan Wisata Budaya. Untuk bisa mewujudkan hal-hal terkait di atas maka dalam Bimtek yang kali ini diselenggarakan di Kota Tarakan Kalimantan Utara, TPP Kemenpar RI menyampaikan metode-metode dan langkah-langkah yang harus disiapkan untuk memajukan Pariwisata di Kota Tarakan.

Agar pariwisata di Kota Tarakan dapat dikemas dengan baik dan menarik untuk dapat menarik wisatawan domestik dan manca negara untuk datang ke Kota Tarakan. Inti dari penyelenggaraan Bimtek adalah memetakan dan identifikasi wisata budaya, ungkap Oneng Setya Harini selaku Asdep Pengembangan Wisata Budaya Kemenpar RI dalam sambutan penutupan Bimtek Pengemasan Produk Wisata Sejarah dan Warisan Budaya di kota Tarakan.

Kekuatan Produk Wisata Budaya adalah narasinya. Di mana untuk saat ini masih ada kelemahan dalam narasi Paket Wisata Budaya dan Sejarah di Tarakan khususnya. Selain itu juga harus memiliki komitmen bersama. Karena tanpa komitmen bersama maka Pariwisata tidak dapat berjalan dengan baik.

(Oleh : Red.NRMnews / Santi Widianti – Editor : Dody.R)

Tinggalkan komentar